Sabtu, 13 April 2013

Keaslian Al-Qur'an

1. Al-Qur’an Dan Keagungannya 


    Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang sangat agung melebihi kitab-kitab Allah sebelumnya, yang keasliannya terpelihara sepanjang waktu. 
    Tiada bacaan melebihi Al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai pada kesan yang ditimbulkannya. Semuanya dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
      Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tatacara membacanya, panjang pendeknya bacaan, tebal tipisnya serta perhalus ucapannya, dimana tempatyang terlarang atau boleh, cara memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika membacanya. Tiada bacaan sebanyak kosakata Al-Qur’an yang berjumlah 77.439 kata, dengan jumlah huruf 323. 015 huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya. Sebagai contoh-sekali lagi sebagai contoh- kata hayat (hidup) terulang sebanyak antonim (lawan kata)nya maut (mati) masing-masing 145 kali, akhirat terulang 115 sebanyak kata dunia; malaikat terulang 88 sebanyak kata setan; thuma’ninah (ketenangan) terulang 13 kali sebanyak kata dhiyq (kecemasan); yaum (hari) terulang sebanyak 365 kali sejumlah hari dalam satu tahun, kata syahr (bulan) terulang sebanyak 12 kali sejumlah bulan-bulan dalam setahun. Dan masih banyak keseimbangan lainnya. 
      Orientalis H.A.R Gibb pernah menulis: “ tiadak ada seorangpun dalam seribu lima ratus tahun ini telah memainkan ‘alat’ bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang di baca Muhammad (Al-Qur’an). 
       Demikian keaslian dan keagungan Al-Qur’an terpelihara.
 أللهُ الّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَ الْمِيْزَانَ 
      Allah menurunkan Al-Qur’an dengan penuh kebenaran dan keseimbangan (QS. Al-Syura(42) : 17) 
 إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ 
     Sesungguhnya Kami (Allah bersama Jibril yang diperintahnya) menurunkan Al-Qur’an, dan Kami (yakni Allah dengan keterlibatan manusia ) yang memeliharanya (QS. Al-Hijr (15): 9) 
     Demikianlah keagungan Al-Qur’an. Kehalusan dan kesopanan bahasanya tidak tertandingi, baik dalam memberikan tuntunan maupun peringatan. Al-Qur’an tidak segan mengisahkan “kelemahan manusiawi”, namun digambarkannya dengan kalimat indah lagi sopan tanpa mengundang tepuk tangan, atau membangkitkan potensi negative, tetapi untuk menggaris bawahi akibat buruk kelemahan itu, atau saat kesadaran manusian menghadapi cobaan nafsu dan setan. 
       a. Perbuatan manusia
 وَإنْ جَنَحُوْا للسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلّى اللهِ
     Kalau mereka cendrung kepada perdamaian, maka sambutlah kecendrungan itu, dan berserah dirilah pada Allah (QS. AlAnfaal (8):61) 
 وَإنَّا أوْ إيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أوْ فِى ضَلَل مُبِيْن
      Kami atau Anda yang berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata (QS. Saba’ (34):24)
 قُلْ لا تُسْئَلُوْنَ عَمّا أجْرَمْنَا وَلا نُسْئَلُ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ 
     Katakanlah, Kamu sekalian tidak akan diminta untuk mempertanggungjawabkan dosa-dosa kami, Kami pun tidak akan mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan kalian.. (QS. Saba’ (34): 25) 
   Dalam contoh ayat- ayat tersebut diatas Al-Qur’an tidak egois dalam memberikan tuntunan serta peringatan , semuanya bersifat demokratis dan dialogis, menghormati keyakinan orang lain. Al-Qur’an menamai perbuatan kami muslim dengan dosa, dan tidak menamakan perbuatan mitra dialog Non-Muslim sebagai dosa. 
     b. Hubungan percintaan 
   Hikayah Al-Qur’an dalam menggambarkan hubungan Yusuf dan Zulaiha:
 وَ غَلَّقَتِ الابْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ 
     (Setelah berulang-ulang kali merayu dengan berbagai cara terselubung). Ditutupnya semua pintu dengan amat rapat, seraya berkata (sambil menyerahkan dirinya kepada kekasihnya setelah berdandan) ,” ayolah, kemari lakukan itu!” (QS. Yusuf (12):23) 
     Dalam ayat diatas Al-Qur’an menggambarkannya sebagai satu kenyataan dalam diri manusia yang tidak harus ditutup-tutupi tetapi tidak juga dibuka lebar. Seperti dalam bacaan-bacaan lain. Al-Qur’an kemudian menguraikan sikap dan jawaban Nabi Yusuf, anak muda yang dirayu wanita itu, juga dengan tiga alasan penolakan, seimbang dengan tiga cara rayuannya,
        Yang pertama dan yang kedua.
 مَعَاذَ اللهِ أنَّهُ رَبِّيْ أحْسَنَ مَثْوَايَ 
       Aku berlindung kepada Allah, sesungguhnya suamimu adalah tuanku, yang memperlakukan aku dengan baik (QS. Yusuf (12):23) 
       Yang Ketiga,
       khawatir kedua alasan itu belum cukup. 
 إنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُوْنَ 
    Dan sesungguhnya tidak pernah dapat berbahagia orang yang berlaku aniaya (QS. Yusuf (12):23). Sungguh keindahan yang sangat sempurna, kata demi kata, kalimat demi kalimat begitu dinamis, sehingga mampu memberikan kesan yang begitu mendalam, mengandung tuntunan yang begitu agung tanpa cela sedikitpun. 
      c. Pembelaan Al-qur’an 
    Namun kebenaran dan keagungan islam oleh golongan non-Muslim dianggap kebenaran yang semu, banyak yang mempelajari Al-Qur’an hanya karena ingin mendaptakan pesan yang tersurat dan tersirat didalamnya, baik menyakngkut kehidupan social , ekonomi, budaya, bahkan teknologi. Dalam memberikan pembelaan pada kebenaran dan keagungan Islam, Al-Qur’an secara demokratis dan ilmiyah memberikan kesempatan bagi setiap indevidu, kelompok bahkan golongan untuk memberikan argument dan bukti akan kebenaran mereka, Al-Quran memberikan beberapa tantangan: 
      Tantangan Yang pertama,
 وَإنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَاءْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوْا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ إنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ 
     Dan jika kamu dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami , buatlah satu surat yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Albaqarah)2(:23) 
      Tantangan Yang kedua,
 قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أنْ يَّاءْتُوْا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْاءَنِ لاَ يَاءْتُوْنَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْراً 
    Katakanlah: "Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk menyusun semacam Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan berhasil menyusun semacamnya, sekalipun mereka bekerja sama". (QS. Al-Isra (17):88) 
     Tantangan Yang ketiga, 
 أفَلا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاءَنَ وَلَوْ كَانَ مِنَ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا 
     Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisaa (4):82) Dalam tantangan yang ketiga ini dijelaskan, bahwa dimungkin seseorang atau golongan menyusun sebuah buku berbahasa arab, namun didalamnya akan terdapat pertentangan maupun perbedaan yang nyata.
      Semua ini hanyalah contoh kecil dari keagungan al-Qur'an. Semoga kita sellalu dapat menjadikannya sebagai tuntunan dan pegangan dalam kehidupan ini... 
SEMOGA BERMANFAAT UNTUK KEIMANAN KITA... AMiiiinnnn..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar